Sejarah RAPI versi Rapi Serui - Saya disini tidak akan menceritakan sejarah RAPI secara nasional yakni sejarah berdirinya RAPI, namun sejarah dimana asal saya mencintai organisasi RAPI ini. Saat itu sama sekali saya tak bisa disebut suka pada radio komunikasi ini, cuma karena terlihat setiap kali berangkat sekolah Papan Nama juga Antena Pengarah yang berdiri tegap diatas atap rumahnya. Penasaran yang semakin kuat mendorong saya untuk tahu, apa itu KRAP (Komunikasi Radio ntar Penduduk). Anda mau tahu? Baca pada postingan terdahulu tentang Komunikasi Radio Antar Penduduk.
Di papan nama yang terpasang di depan rumahnya itu tertulis KRAP (Komunikasi Radio Antar Penduduk). Saat itu cuma satu-satunya rumah juga orang yang punya radio KRAP tsb. di satu Kecamatan tempat saya dilahirkan. Kebetulan memang beliau adalah paman saya, yakni almarhum Aneng Ramelan (Seorang Penerjun Payung - Paralayang Jawa Barat). Saya sudah lupa nama panggil (call sign) beliau. Saat dimana saya pakai seragam sekolah celana pendek ini belum kenal RAPI, hanya KRAP atau CB (Citizen Band)-lah yang yang jadi sebutan kerennya. CB beroperasi pada frekuensi 26,965-27,405 MHz yang masuk pada kelas HF.
Kecintaan pada Radio Komunikasi ini membawa saya pada bidang pendidikan selanjutnya yakni Sekolah Teknik Menengah (STM) yang jurusannya saya ambil Elektronika. Cinta memang tumbuh begitu besar, namun dasar keilmuan elektronika belum sampai. Yang pada akhirnya sebatas pingin mengenal lebih jauh lagi tentang KRAP ini. Saat kelas 2 di STM, saat inilah pelampiasan kecintaan ini hanya pada radio bedil sundut, 80 M Band.
Modalnya cukup kecil hanya radio MW/SW punya kakek dan TX 80 M Band yang dipinjamkan teman sekolah. Tata cara komunikasi pada radio bedilsundut ini cukup unik. Kita hanya menyamakan frekuensi lawan bicara kita dengan frekuensi TX kita. Setel parko, setelah dirasa cukup serobit baru kita on-kan finalnya. ILegal..namun punya keasikan tersendiri (jangan ditu ya bos, ini hanya pengalaman lama).
Sejalan dengan perkembangan jaman, RAPI mulai masuk di kampung kelahiranku itu. 1 - 2 orang yang terdaptar dalam keanggotan RAPI saat itu. Di kampung, saya belum pernah ada kesempatan terjun ke RAPI, namun malah berdiam diri pada kedudukan CR (Calon RAPI). Baru ketika di Srui ini saya bisa masuk pada keanggotaan RAPI yang resmi. Maka lahirna nama panggil yang keren yakni JZ27KRN.
Kecintaan pada Radio Komunikasi ini membawa saya pada bidang pendidikan selanjutnya yakni Sekolah Teknik Menengah (STM) yang jurusannya saya ambil Elektronika. Cinta memang tumbuh begitu besar, namun dasar keilmuan elektronika belum sampai. Yang pada akhirnya sebatas pingin mengenal lebih jauh lagi tentang KRAP ini. Saat kelas 2 di STM, saat inilah pelampiasan kecintaan ini hanya pada radio bedil sundut, 80 M Band.
Modalnya cukup kecil hanya radio MW/SW punya kakek dan TX 80 M Band yang dipinjamkan teman sekolah. Tata cara komunikasi pada radio bedilsundut ini cukup unik. Kita hanya menyamakan frekuensi lawan bicara kita dengan frekuensi TX kita. Setel parko, setelah dirasa cukup serobit baru kita on-kan finalnya. ILegal..namun punya keasikan tersendiri (jangan ditu ya bos, ini hanya pengalaman lama).
Sejalan dengan perkembangan jaman, RAPI mulai masuk di kampung kelahiranku itu. 1 - 2 orang yang terdaptar dalam keanggotan RAPI saat itu. Di kampung, saya belum pernah ada kesempatan terjun ke RAPI, namun malah berdiam diri pada kedudukan CR (Calon RAPI). Baru ketika di Srui ini saya bisa masuk pada keanggotaan RAPI yang resmi. Maka lahirna nama panggil yang keren yakni JZ27KRN.