Tolong Jangan Dulu Menghakimi - Postingan kali ini adalah postingan dengan tema ngacaprak, tapi tetap saya sebagai admin blog Rapi Serui ini mengharapkan dari setiap yang saya tulis bias membawa manfaat. Karena memang tujuan utama blog ini dibangun adalah berbagi dengan indah, disamping tujuan kedua adalah mengumpulkan pundi-pundi dolar dari Google Adsense (;p).
Banyak kejadian dan praduga yang kadang salah/benar menurut pemikiran kita, sehingga kitapun gampang mengambil keputusan dari kejadian atau praduga tersebut padahal betul diketahui secara pasti kebenarannya, maka dari itu Tolong Jangan Dulu Menghakimi.
Ada cerita menarik tentang pembenaran teori dan praktek dari seorang siswa kelas 1 Sekolah Dasar bernama Rudiana Kamal dan gurunya. Saat itu si Rudi sedang belajar matematika dikelasnya, dan seorang guru mengajarkannya. Guru tersebut bertanya pada si Rudi ini; “Rudi, jika pak guru memberimu 2 wortel ditambah 2 wortel padamu , berapa total wortel yang kamu miliki?” Dan Rudi-pun menjawab; “5 buah pak guru”. Pak Guru-pun mengulang–ulang pertanyaan yang sama pada Rudi, jawaban Rudi-pun tetap sama 5 buah.
Sang guru mulai merasa kesal atas jawaban Rudi, namun pak guru itu ingat suatu saat pernah ketemu sama ibunya Rudi. Ibunya Rudi bilang bahwa anaknya tidak suka wortel, makanya sang ibu selalu membekali wortel pada anaknya agar Rudi bisa menyukai wortel. Kesukaan Rudi adalah buah mangga. Sang Guru mengubah contoh pertanyaannya dengan mangga. “Rudi, jika pak guru memberimu 2 nuah mangga ditambah 2 buah mangga lagi padamu , berapa total mangga yang kamu miliki?”. Rudi menjawab benar yakni 4 buah mangga. Bapak Guru-pun sangat senang dengan perubahan itu.
2 + 2 = 4
Untuk memastikan bahwa Rudi sudah mengerti dengan pelajaran matematikanya, sang guru bertanya lagi pada Rudi; “Rudi, jika pak guru memberimu 2 wortel ditambah 2 wortel padamu , berapa total wortel yang kamu miliki?”, jawaban Rudi tetap 5 pada wortel ini, beda jawaban dengan mangga padahal solnya sama. Tentunya Pak Guru merasa kesal dan pak guru bertanya lagi pada Rudi; “Bagaimana bisa 2 mangga ditambah 2 mangga menjadi 4 mangga, sedangkan 2 wortel ditambah 2 wortel menjadi 5 wortel?”. Rudi menjawab dengan santai; “ Pak Guru, saya sudah punya 1 wortel dalam tas saya yang setiap hari dibekali ibu saya”.
Lalu di kasus ini siapa yang benar ? Apakah gurunya salah ? Tidak, karena 2 + 2 = 4. Lalu apakah Rudi yang salah ? Tidak juga, karena 2 wortel ditambah 2 wortel sama dengan 4 ditambah 1 lagi dalam tasnya hingga jumlah total menjadi 5 wortel.
Jika kita telusi dari cerita ini maka kita bisa mengambil kesimpulan bahwa konflik terjadi dari sebuah pemahaman yang salah. Karena adanya perbedaan pandangan antara kebenaran secara teori dan praktek. Sang guru secara teori benar, kebenaran secara teori artinya melihat secara jelas yang terlihat dengan mata (didepan mata). Dan Rudi-pun secara praktek benar, artinya Rudi melihat dibalik sesuatu yang nampak dan yangbisa ia lihat. Kebenaran secara praktek Rudi adalah melihat wortel yang tersimpan di tasnya dengan yang "diberi" gurunya.
Banyak permasalahan sering muncul karena perbedaan pandangan antara kebenaran teori dan kebenaran praktek. Ketika kita merasa bahwa pasangan kita tidak cukup mencintai...,ya mungkin kita secara teori menduga benar bahwa pasangan kita tidak sangat mencintai kita. Kita balik bertanya pada hati kita, apakah secara praktek kita sudah betul mencintainya? Lalu mengapa pasangan kita serasa tidak mencintai kita ? Atau bila kita sudah berkeluarga dan mempunyai anak, kenapa anak kita tidak patuh pada orang-tuanya (kita) ? Lalu serta merta pula kita menyalahkan anak kita ?
Penutup
Alangkah baiknya bila kita mampu melihat kebenaran secara teori dan praktek. Hingga bila pada satu waktu kita melihat sesorang yang tidak "cocok" dengan definisi kita, kita "tak main hakim sendiri" untuk menjudge dan mengambil keputusan. Lihatlah dulu yang nampak dan terlihat didepan mata kita.
Tolong Jangan Dulu Menghakimi !
Jika kita telusi dari cerita ini maka kita bisa mengambil kesimpulan bahwa konflik terjadi dari sebuah pemahaman yang salah. Karena adanya perbedaan pandangan antara kebenaran secara teori dan praktek. Sang guru secara teori benar, kebenaran secara teori artinya melihat secara jelas yang terlihat dengan mata (didepan mata). Dan Rudi-pun secara praktek benar, artinya Rudi melihat dibalik sesuatu yang nampak dan yangbisa ia lihat. Kebenaran secara praktek Rudi adalah melihat wortel yang tersimpan di tasnya dengan yang "diberi" gurunya.
Banyak permasalahan sering muncul karena perbedaan pandangan antara kebenaran teori dan kebenaran praktek. Ketika kita merasa bahwa pasangan kita tidak cukup mencintai...,ya mungkin kita secara teori menduga benar bahwa pasangan kita tidak sangat mencintai kita. Kita balik bertanya pada hati kita, apakah secara praktek kita sudah betul mencintainya? Lalu mengapa pasangan kita serasa tidak mencintai kita ? Atau bila kita sudah berkeluarga dan mempunyai anak, kenapa anak kita tidak patuh pada orang-tuanya (kita) ? Lalu serta merta pula kita menyalahkan anak kita ?
Penutup
Alangkah baiknya bila kita mampu melihat kebenaran secara teori dan praktek. Hingga bila pada satu waktu kita melihat sesorang yang tidak "cocok" dengan definisi kita, kita "tak main hakim sendiri" untuk menjudge dan mengambil keputusan. Lihatlah dulu yang nampak dan terlihat didepan mata kita.
Tolong Jangan Dulu Menghakimi !