Stasiun Radio Malabar - Yang melatar-belakangi berdirinya Stasiun Radio JZ27KRN hanya sebatas hoby dan kecintaan terhadap dunia elektronika saja, meski demikian nama Er'end lahir dari sebuah stasiun radio tsb. Hoby yang akan melahirkan sebuah sejarah bagi para para pencintanya.
(Baca artikel terkait : Jangan Lupakan sejarah
Dari jaman penjajahan Hindia Belanda hingga saat ini Indonesia merdeka pengertian stasiun radio tak pernah berubah. Stasiun Radio adalah stasiun yang memberikan layanan penyiaran audio dengan perantara udara sebagai gelombang radio dalam bentuk radiasi elektromagnet, dari sebuah antena pemancar (transmitter) ke alat penerima (reciever).
Kantor Radio Malabar
Stasiun Radio Malabar adalah stasiun pemancar radio pertama di dunia yang menghubungkan antar 2 benua yaitu Indonesia dan Belanda. Komunikasi nirkabel pertama yang tercipta dari Stasiun Radio Malabar dapat menjangkau 12.000 Km. Pemancar Radio Malabar memiliki antena 2 Km terbentang diantara Gunung Malabar dan Gunung Halimun dengan ketinggian dari dasar lembah mencapai 500 Meter.
(Baca juga : Sejarah Penyiaran Radio di Indonesia
(Baca juga : Sejarah Penyiaran Radio di Indonesia
Stasiun Radio Malabar Gunung Puntang Bandung
Stasiun Radio Malabar berlokasi di kawasan Gunung Puntang wilayah pegunungan Malabar Bandung Selatan. Radio Malabar sengaja didirikan oleh pemerintah Hindia Belanda sebagai pusat sarana komunikasi antar benua, khususnya Indonesia dengan Belanda kala itu. Hingga sekarang bukti keberadaan Radio Malabar masih bisa kita lihat. Namun sayang bukti keberadaan Radio Malabar sekarang tinggal reruntuhan puing-puing serta berbagi misteri yang tersimpan dibaliknya.
Situs Budaya Radio Malabar
Pada proses pendirian Radio Malabar pertama kali dipimpin oleh seorang ilmuwan dari Belanda bernama Dr. Ir. Cornelius J.de Groot. Beliau berhasil memimpin pembangunan hingga akhirnya diresmikan pada tanggal 5 Mei 1923 oleh Gubernur Hindia Belanda. Dibangunnya Radio Malabar bertujuan untuk memenuhi kebutuhan politik yang ada saat itu, diharapkan dapat mempermudah serta memperkuat kebutuhan politis antara negara Belanda dan Hindia Timur.
Memutuskan pembangunan Stasiun Radio Malabar di Gunung Puntang bukan hal sepele, De Root memerintahkan seorang ahli yang khusus didatangkan dari Belanda untuk mencari signal terbaik di Jawa Barat.
Setelah melalui proses pencarian yang rumit akhirnya pihak Hindia Belanda memustuskan wilayah gunung Puntang sebagai lokasi pembangunan Radio Malabar. Hal tersebut dilakukan karena gunung Puntang dianggap sebgai lokasi yang ideal serta memiliki signal yang sangat baik.
Isi Perjanjian Kalijati yang menyatakan penyerahan tanpa syarat oleh Belanda terhadap Jepang mengiringi berakhirnya masa kejayaan Radio Malabar. Radio Malabar pun lumpuh karena pada awal tahun 1946 setelah Peristiwa Bandung Lautan Api seluruh karyawan pergi meninggalkan stasiun radio. Sebelum ditinggalkan banyak peralatan dan mesin-mesin penting yang dipindahkan ke stasiun Radio Palasari dan bengkel di Tegalega Bandung.
Selain itu beberapa gedung yang dianggap vital pun sengaja dirusak oleh karyawan dengan tujuan agar tidak dipergunakan oleh pihak musuh jika mereka datang kembali. Adanya anggapan Radio Malabar tidak ada yang mengelola akhirnya sekitar tahun 1947 sampai dengan 1962 mendorong sekelompok masyarakat untuk menjarah bangunan-bangunan tak terurus tsb.
Mulai dari genteng, kusen, pintu, jendela, lemari bahkan seisi bangunan ikut dirampas dan dihancurkan. Alhasil yang tersisa dari bangunan yang bernilai sejarah tinggi ini hanyalah puing-puing belaka. Terlebih puing-piung tsb.semakin lama semakin hancur karena termakan oleh waktu.
Beruntung pada tahun 1986 beberapa pimpinan dan tokoh masyarakat menemukan puing-puing tak bertuan radio Malabar tsb. Kemudian sekitar tahun 1988 Perhutani bersama-sama keluarga Gunung Puntang sepakat untuk menjadikan area bekas Radio Malabar sebagai Bumi Perkemahan dan area rekreasi yang terkenal hingga sekarang.