Kopiku Tak Semanis Dulu - Admin Er'end Net mungkin salah-satunya dari sekian juta jiwa di Indonesia yang mencintai sepakbola. Ketika ditanya klub manakah di Indonesia yang paling admin cintai tentunya admin jawab semua tim. Alasan pasti karena admin pencinta seni lapangan hijau, siapa yang bermain bagus diatas pentas rumput hijau maka itulah yang admin suka.
Jika kemarin dulu admin sempat bertanya Ada Apa Denganmu pada Persib, tentu karena admin terlahir di Jawa Barat. Sepakbola bukan hanya rivalitas diatas lapangan hijau, namun banyak sisi yang bisa kita ambil sebagai bahan pelajaran hidup karena sepakbola adalah permainan yang indah, sepakbola adalah seni, sepakbola adalah tradisi.
(Baca : Ada Apa Denganmu ?)
Sepakbola bagi sebagian klub dan pendukungnya bisa mendatangkan masalah hidup dan mati. Budaya, tradisi, rasa kedaerahan, perbedaan kontribusi semakin membuat ganas bentrokan. Dan kinerja pemain dalam pertandingan tersebut akan memutuskan apakah mereka akan selamanya dicintai atau dibenci.
Dalam sepakbola bila terjadi kesalahan atau kejadian yang tidak diduga bukan saja akan mendatangkan sejarah baru, tapi juga dapat mengakibatkan perkelahian bentrokan dan kerusuhan. Cerita dulu di kampungku ketika turnamen RT-an dalam memeriahkan Hari Kemerdekaan RI sering terjadi bentrokan antar kampung hanya karena sepakbola.
Kopiku Tak Semanis Dulu
Menonton sepakbola ditemani secangkir kopi hangat manis dan makanan ringan lainnya adalah bagian dari tradisi sepakbola yang sudah ada dan turun-temurun, dan ini masih saya lakukan hingga sekarang. Kopiku Tak Semanis Dulu adalah kiasan ketika kecewa itu lahir dari sebuah tim yang sangat dicintainya, yakni Persib.
Setiap kali tim kesayangan bertanding, hati kita bergelora, dagdigdug tak menentu, segala rasa bercampur baur. Sulit rasanya menggambarkan seluruh kegembiraan di hati tatkala klub kebanggaan menang bertanding apalagi sampai mengangkat trofi kejuaran, kopikku yang tadinya kurang gulapun akan terasa sangat manis.
Namun ketika Kopiku Tak Semanis Dulu betul lantaran prestasi Persib mengecewakan saat ini, permainan Persib diatas lapangan hilang seninya, musnah gaya khasnya, tak terlihat kolektifitasnya. Haji Mumuh beralasan "badai cedera" para pemain Persib atau salah satu pemain tak bisa bermain saat tim membutuhkan kreasinya karena terkena akumulasi kartu kartu kuning.
Saya rasa bukan alasan tepat karena dengan segudang pemain berprestasi, pemain berkualitas diatas rata-rata tersedia di Persib. Persib harus belajar pada timnas U-19, di timnas U-19 semua pemain adalah pemain andalan, ketika yang satu absen hadir dalam satu pertandingan maka pemain lain bisa menggantiikan posisi yang kosong dengan kualitas pemain yang sama.
Tolong pak Haji, kembalikan kopiku agar kopiku bisa semanis dulu.....ayo Persib...kamu bisa !
Namun ketika Kopiku Tak Semanis Dulu betul lantaran prestasi Persib mengecewakan saat ini, permainan Persib diatas lapangan hilang seninya, musnah gaya khasnya, tak terlihat kolektifitasnya. Haji Mumuh beralasan "badai cedera" para pemain Persib atau salah satu pemain tak bisa bermain saat tim membutuhkan kreasinya karena terkena akumulasi kartu kartu kuning.
Saya rasa bukan alasan tepat karena dengan segudang pemain berprestasi, pemain berkualitas diatas rata-rata tersedia di Persib. Persib harus belajar pada timnas U-19, di timnas U-19 semua pemain adalah pemain andalan, ketika yang satu absen hadir dalam satu pertandingan maka pemain lain bisa menggantiikan posisi yang kosong dengan kualitas pemain yang sama.
Tolong pak Haji, kembalikan kopiku agar kopiku bisa semanis dulu.....ayo Persib...kamu bisa !