Koteka Pakaian Tradisional Masyarakat Papua - Koteka adalah Papua, ini anggapan salah dari teman-teman saya yang belum pernah menginjakan kakinya di tanah Papua. Pada hari Lebaran tentu tak lepas dari tradisi mudik, dalam mudik inilah banyak teman di kampung yang meminta dibawakan koteka sebagai oleh-oleh. Padahal saya tinggal di Serui jauh dari pusat pakaian itu berasal.
Baca Juga Artikel Terkait mengenai Wisata Budaya Papua pada;
- Lembah Baliem Eksotisme Alam Papua Yang Sangat Mempesona Dan Mengagumkan
- Festival Budaya Lembah Baliem Ke-28 Tahun 2017
Dalam bahasa Suku Paniai Koteka secara harfiah berarti "pakaian". Sebagian suku pegunungan Jayawijaya menyebutnya Holim atau Horima. Koteka adalah pakaian adat yang banyak kenakan pria Suku Dani di Wamena. Para pria Suku Dani leluasa bergerak didalam hutan untuk berburu atau memetik tumbuhan. Koteka itu sendiri banyak dibuat dari kulit labu air (Lagenaria siceraria). Isi dan biji labu tua dikeluarkan dan kulitnya dijemur.
Baca Juga Artikel Terkait mengenai Wisata Budaya Papua pada;
- Lembah Baliem Eksotisme Alam Papua Yang Sangat Mempesona Dan Mengagumkan
- Festival Budaya Lembah Baliem Ke-28 Tahun 2017
Dalam bahasa Suku Paniai Koteka secara harfiah berarti "pakaian". Sebagian suku pegunungan Jayawijaya menyebutnya Holim atau Horima. Koteka adalah pakaian adat yang banyak kenakan pria Suku Dani di Wamena. Para pria Suku Dani leluasa bergerak didalam hutan untuk berburu atau memetik tumbuhan. Koteka itu sendiri banyak dibuat dari kulit labu air (Lagenaria siceraria). Isi dan biji labu tua dikeluarkan dan kulitnya dijemur.
Perihal bentuk dan ukuran koteka tidak seperti anggapan umum. Bentuk dan ukuran koteka tak berkaitan dengan status pemakainya. Ukuran biasanya berkaitan dengan aktivitas pengguna, seperti hendak bekerja mereka menggunakan koteka pendek. dan koteka panjang dengan hiasan-hiasan digunakan dalam upacara adat.
Namun, setiap suku memiliki perbedaan bentuk koteka. Orang Yali, misalnya, menyukai bentuk labu yang panjang. Sedangkan orang Tiom biasanya memakai dua labu. Seiring waktu, koteka semakin kurang populer dipakai sehari-hari. Koteka dilarang dikenakan di kendaraan umum dan sekolah-sekolah. Kalaupun ada, koteka hanya untuk diperjualbelikan sebagai cenderamata.
Di kawasan pegunungan, seperti Wamena, koteka masih dipakai. Untuk berfoto dengan pemakainya, wisatawan harus merogoh kantong beberapa puluh ribu rupiah. Di kawasan pantai, orang lebih sulit lagi menemukannya.
Sobat tertarik untuk menggunakannya Koteka di rumah ? Mari datang ke Wamena. Semoga artikel ini bisa menambah wawasan kita tentang kebudayaan nusantara.
Happy Blogging !